WEDARAN WIRID
Kata Pengantar
Mengingat bahwa bangsa Indonesia itu sebahagian besar
agama Islam, mengingatkan dengan ucapan perkataan Paduka Yang Mulia Soekarno
pada pertemuan musyawarah besar Islam di Solo (surakarta), supaya pemuda sama-sama
mengorek (menggali) isinya Islam yang sebenarnya, maka penulis terdorong untuk
saling mengeluarkan pendapat.
Para pembaca; penulis menerangkan pendapat itu karena mengingat para leluhur
kita yang sudah sama-sama mengijinkan pendapat ilmunya, menjadi buku-buku
suluk dan Wiridan (pelajaran), yang semasa zaman para Wali sangat dirahasiakan,
karena dikhawatirkan bisa salah mengerjakan (mengartikan) !.
Kata Wirid itu pada suku Jawa (kejawen Jawa), mempunyai pendapat Wirid atau
Rungsid, sembahyang Ikhlas (Khusyuk) serta zikir (mengingat-ingat) nama Allah
serta mempelajari kitab Al-Qur’an Nul Qarim
Penulis akan memberi pelajaran tentang 4 (empat) pelajaran yang sangat sulit,
artinya empat jalan tingkatan Shalat (sembahyang) yang sempurna.
Untuk pelajaran bangsa kita sendiri menurut undang-undang Pancasila, maka
menyatukan pelajaran oleh penulis sengaja memakai bahasa Jawa yang sopan (telah
diterjemahkan). Jika nanti ada kata bahasa Arab atau bahasa Barat lainnya
itu menjadi pedoman penguat (meyakinkan) saja.
Karena menyatukan pelajaran Wirid itu berdasar (landasan) Dalil-dalil Al-Qur’an
dan Hadist, maka penulis menggunakan Dalil yang terdapat pada Al-Qur’an
dan Hadist. Selain dari itu mengutip pendapat para sarjana (cendikiawan) Jawa
di tanah Jawa dan negara lain, terutama surat/buku karangan Alm. Pujangga
R. Ng. Ronggo Warsito.
Dan selanjutnya mengingat kata-kata Bapak Ki. MO. Hatmoyuwono dengan saudara
tertua Ki Broto Kesowo, dan artinya penulis dan pembaca harus menggunakan
akal pikir yang sehat. Wedaran Wirid ini umpama makanan hanya mengambil dan
memasak, maka sebelumnya harus dipikir terlebih dahulu benar salahnya keterangan
ini. Bacaan ini bisa jadi ada yang tidak setuju, tetapi penulis mempunyai
keyakinan; siapa saja tidak mengenal agama atau kepercayaan kebatinan, umpama
mau berpikir tentang isinya dengan teliti, hasilnya akan menjadi saudara sependapat.
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih.
Surabaya, 30 Mei 1957
Penulis,
Ki. R.S. Yudi Partojuwono