Qur’an surat Al-A’raf : 29 ;
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan." Dan (katakanlah):
"Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu
pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)."
Qur’an VII Ayat 143.
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa:
"Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku,
tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala)
niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada
gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.
Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat
kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman."
Sebelumnya Ayat Suci di atas menerangkan tentang bab tataran/ tingkat Syari’at
dan Tari’kat dan yang paling penting adalah semadhi/tapa brata atau puasa
badan. Penjelasan ini akan dimulai dari cara lahiriah, yaitu pokok bagi kesehatan.
Puasa dahulu dikerjakan menurut kebisaaan orang banyak (ikut –ikutan)
itulah yang disebut puasanya orang Syari’at. Karena ikut-ikutan maka sampai
sekarang banyak yang tidak tahu manfaatnya.
Kerangan dari Hadist Buhari Muslim yang kurang lebih artinya : Orang-orang yang
puasa itu perutnya baik (luhur), pikirannya baik dan budinya suci.
Qur’an Surat Al, Baqarah 183.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
1. Kenapa orang yang berpuasa itu merasa tidak enak, malas dan ngantuk ?
2. Kenapa Firman di Qur’an ditujukan kepada orang-orang yang beriman ?
3. Dan apa sebabnya puasa yang sudah dikerjakan sejak ber abat-abar itu bisa
mensucikan diri ?
Sebenarnya pekerjaan puasa itu sudah berabad-abad dulu dikerjakan, sebelum
zaman nabi I’sa menyiarkan agama dan kitab Injil yang juga menerangkan
tentang puasa. Sekarang zaman sudah maju. Banyak para ahli melakukan penelitian
tentang puasa. Itulah sebabnya Allah SWT mewajibkan puasa karena puasa itu banyak
manfaatnya.
Menurut ilmu kesehatan (Prof. Dr. A. Ramli) mengatakan bahwa hewan-hewan dan
mahluk yang hidupnya memamah biak melalui mulut dan ditekan keperut langsung
kenyang. Makanan itu sarinya menjadi pokok kebutuhan kita. Contohnya: zat lemak,
hidrat arang, air, garam, putih telur dan vitamin-vitan yang terdapat pada daging,
Sayur-sayuran, Kacang-kacangan dan segala makanan yang belum busuk , Kalau makanan
itu sudah busuk pitaminnya sudah hilang. Makanan yang dikunyah tersebut dialiri
dengan air ludah yang keluar dari kelenjar ludah yang mengakibatkan maknan tersebut
menjadi sari pati dan berubah menjadi zat hidrat arang, kemudian menjadi zat
gula atau mallose (Menurut ilmu kedokteran).
Makanan tadi langsung ditelan keperut besar kemudian diterima oleh kelenjar-kelenjar
kecil yang jumlahnya beribu-ribu dan perut (Usus-usu besar) mengeluarkan lendir
yang bisa menghancurkan makanan-makanan tadi. Makanan yang berasal zat telur
yang sudah berubah menjadi Maltose mudah dihancurkan dengan lendir usus. Zat
telur yang sudah berubah sifatnya itu disebut Pepton.
Makanan yang sudah halus masuk ke usus halus dan dipintu usus ada saluran kelenjar
yang terbagi dua yaitu: saluran empedu dan saluran pangkreas (ludah yang asalanya
dari ginjal). Dua-duanya mengaliri usus. Empedu asalnya dari bagian hati gunanya
untuk melebur zat lemak yang dibantu oleh pangkreas hingga halus sekali. Pangkreas
menghancurkan zat telur sampai berubah sipatnya menjadi hamud amino. Zat hidrat
arang dan lemak yang hancur mudah diisap oleh usus halus, kemudian makanan trersebut
menjadi sari-sari dan sari-sari tersebut menjadi bibit asal darah dan daging.
Diatas lapisan usus-usus menghisap makanan yang sudah menjadi sari-sari aslinya
yang terdapat di limpa (getah bening) kemudian seluru zat-zat meresap ke pipa-pipa
darah dan terus mengalir ke pipa-pipa darah yang besar dan mengalir ke hati
dan merata keseluruh badan. Yang tertinggal hanya lendir-lendir pencernaan.
Otak itu mebutuhkan darah untuk membasahi yang diterima dari urat-urat sarap
dan otot-otot yang ada pada kerangka manusia. Selama perut dan pembuluh-pembuluh
menghancurkan makanan, otak otak kita kekurangan darah penyiram yang menyebabnya
kurangnya daya berpikir.Itulah sebabnya para leluhur kita dulu berkata bahwa
kalau perut lapar pikiran buntu, dan kalau kenyang pikiran terang. Karena puasa
dilakukan disiang hari dan pikiranpun bekerjanya disiang hari. Untuk itu apa
yang dikatakan para ahli adalah benar. Maksudnya apabila perut lapar maka perut
itu diam (tidak bekerja). Karena tidak bekerja maka tidak membutuhkan darah
lebih dari ukurannya. Darah yang tidak dibutuhkan itu lansing naik membasahi
otak dan itu terjadi setiap hari dan otak terus basah sehingga otak itu lancar,
tidak mudah lupa (pikiran sehat).
Puasa sering dilakukan oleh para penganut tingkatan tarekat. Umumnya mereka
mengurangi makan seperti mutih (makan nasi saja tanpa garam), Ngrowat (makan
palawija dan buah-buahan), Puasa ini menuruk kesehatan dapat mengurangi kesehatan
badan karena sari-sari makanan tidak mencukupi. Akan tetapi mengurangi itu bukan
berarti mengurang kebutuhan. Petunjuk makan yang baik adalah kalau kita lapar
maka kita makan tidak boleh berlebihan untuk mengurangi zat lemak. Tubu yang
memiliki ilmu itu adalah tubuh yang memiliki pikiran yang saehat. Karena kalau
badan kita sehat pikiranpun kita sehat. Orang yang pintar, bijak yang bisa menjadi
wali, pendeta adalah orang yang memiliki badan sehat. Kalau tubuh sakit pembawa
ilmupun sakit. Untuk itu:
1. Jangan tamak kepada makanan
2. Makan minum sederhana jangan mengurangi jenis makanan
3. Bekerja yang sederhana tidak mengurangi kebutuhan, dibatin harus niat bekerja
yang baik-baik (Mensucikan diri meniru kesucian Allah)
4. Mengerjakan peraturan agamanya sendiri-sendiri, tidak perlu menghina, karena
bertentangan dengan perintah Allah.
Penjelasan tentang Bab Shalat/Semadhi itu lebih kurang adalah dari peraturan
tapa badan atau puasa. Karena Wedaran Wirid itu bertujuan untuk selamanya, sehingga
keterangan-keterangan diselaraskan kemajuan akal piker yang berdasarkan kipada
Kias (koreksi). Shalat/Semadhi sebenarnya bukan pekerjaan main-main karena Semadhi
(Shalat Tauhid) adalah usaha Shalat benar-benar (Panembah Jati) yang sering
dilaksanakan oleh para tingkatan Ma’ripat untuk mencapai At’tauhid
(menyatu kepada Allah). Tradisi Semadhi di dunia Jawa adalah mencontoh pada
wayang kulit yang dikerjakan para Begawan, Pendeta dan Satria. Syaratnya harus
menutup 9 lubang hawa napsu (Hawa Songgo) yaitu : 2 lubang mata, 2 lubang telingga,
2 lubang hidung, 1 lubang mulut, 1 jubur dan 1 lubang parji. Sebenarnya bukan
menutup hanya jangan menggunakan sewaktu Semadhi.
Menurut agama Islam pekerjaan itu melanggar hukum Tuhan. Merusak kesehatan,
merusak kodrad Iradat secara paksa karena asalnya dari Dat Allah, Walaupun tidak
apa-apa bagi yang menjalani pekerjaan itu harus ditinggalkan, jika tidak dirubah
pekerjaan memaksa diri itu bisa mengurangi irodat kita sendiri dan bisa menyebabkan
lemahnya jiwa dan yang dikwatirkan adalah kerusakan panca indra, astendria.
Peraturan itu sudah menjadi darah daging sejak zaman dulu sampai sekarang secara
turun temurun. Penyebabnya adalah menurut penelitian ilmu jiwa bahwa banyak
guru-guru kebatinan dan murid-muridnya yang terkena penyakit Neorotis (Penyakit
Syaraf), menurut kebisaaan kalau bicara asal keluar, selalu menunjukkan bahwa
mereka itu sakti, banyak ilmu selalu menghina ilmu lain, besar bicara dan pikirannya
selalu bingung. Kalau berbuat semaunya dianggap mendapat wahyu. Penyakit itu
mudah diatasi apalagi bagi para pelajar Kasunyatan (Shallat tauhid) dengan cara
:
1. Kalau waktu berpikir berat, dikepala pening harus berhenti sejenak, jangan
menuruti kemauan.
2. Selalu bangun subuh, lalu jalan-jalan karena bisa menyegarkan badan menghilangkan
lemah dan lesu.
Kerena peraturan-peratuan yang melanggar kodrat. Hidung untuk mencium, mulut
untuk makan, telingga untuk mendengar tidak untuk merasakan makanan. Kenapa
harus distop (ditutupi) walaupun sekali-kali dan selanjutnya sebentar-sebentar
memakai sujud , sebentar-sebentar memakai sujud, sebentar-sebentar membujurkan
kedua kaki seperti ceritanya Begawan ada yang tapa di kolam, di gua menjalankan
wadat (tidak kawin) pekerjaan tadi melanggar kodrat dan iradatnya Allah. Oleh
karena jalan itu untuk mencapai tujuan dengan satu zat yang tidak bisa dijangkau
oleh apapun, maka harus diluruskan dengan suatu dasar enak dan menyenangkan
(selaras) dengan jiwa dan jasmani yang diharapkan agar memiliki yang baik dan
yang buruk.
Kata Semadhi berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya shallat makripat (Khusuk)
atau Tauhid. Kata Yoga itu juga berasal dari bahasa Sangsekerta sama dengan
Shalat makripat yang mengerjakannya disebur para Yoghi. Yogha dibagi menjadi
2 bagian :
1. Hatta Yogha : Suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh orang umum (awam) bisa
juga dikatakan tingkat syari’at terhadap agama islam. Penjelasannya seperti
ini : hatta Yogha harus mengurangi makan, berpuasa melarang apa yang tidak baik.
Tapa atau nyepi sampai berbulan-bulan. Yang utama memaksa jasmani dan tidak
mau kawin. Hal itu perbuatan yang menghukum nafsu.
2. Raja Yogha : Peraturan shallat makripat yang dilakukan oleh para bisaksana,
para pandita dan para ulama agung islam.
Agama Islam menyebut Shalat makripat tanpa membedakan tingkat sareat atau makripat
yang dilaksanakan di mesjid atau musholla. Keterangan Ma’ripat atau Raja
Yogha itu tujuan hanya menyatu dengan Allah atau At’tauhid (Nyuwiji).
Artinya menuju hidupnya sampai ke liang lahat (innalillahi wa innaillaihi rojiuun)
kumpul asal mulanya (alam baka) kekal yaitu alam yang tidak bisa dijangkau oleh
alat apa saja. Jadi tujuan kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat. Sempurnya
di dunia ini bisa mencapai surga seperti kita hidup, tujuan akan membuktikan
alam yang akan kita alami setelah mati. Shalat makripat yang dikerjakan oleh
para umat Muhammad dijaman Nabi Mauhammad dikerjakan oleh ke empat para sahabat.
Apa aslinya mengerjakan Raja Yogha?. Bab pekerjaannya perut dan otak sudah dibahas,
begitu juga zakat hidung, mata, mulut dan parji. Sebelumnya menerangkan aslinya
Semadhi. Sebenarnya pencegahan parji diterangkan dahulu. Inti sarinya menjawab
pertanyaan apa sebabnya kita perlu menahan nafsu parji ?.
Terhadap manusia parji itu merupakan salah satu alat menurunkan benih manusia
agar dapat berkembang biak di dunia, tetapi kalau nafsu dibiarkan menjadi tidak
baik untuk kesehatan diataranya :
1. Kalau menuruti kemauan nafsu, sewaktu bersetubuh kita akan mengeluarkan hormon-hormon
dan kehabisan ternaga (kehabisan kalori) atau zat kebutuhan jasmani. Walaupun
habisnya tidak sia-sia dan hanya seminggu sekali tubuh menjadi lemas, apalagi
kalau setiap hari, bisa berbahaya kalau melewati batas, sedikit demi sedikit
kekuatan tubuh pasti berkurang. Tubuh menjadi cepat tua dan matanya kabur.
2. Bahaya lain adalah daya pikir menjadi lemah, terbukti menjadi penakut, kurang
percaya diri dan malu-malu. Tapi jika dilakukan hanya sekali-kali untuk menurunkan
bibit manusia, menurut kesehatan air mani yang tidak keluar naik keotak melalui
tulang punggung dan tengkuk, bisa membantu aliran darah untuk membasahi saraf-saraf
otak sehingga mudah berpikir dan lancar. Dan kaburnya mata itu disebabkan banyaknya
mengeluarkan air mani tadi.
A. Semadhi menutupi lubang 9 (Hatta Yogha) sebelumnya menerangkan menutupi
lobang sembilan nafsu, membahas tentang sembahyang (Menyembah Allah). Shalat
diterangkan terlebih dahulu. Di Wedaran Wirid Shalat yang sebenarnya ada 4 tingkatan
:
1. Shalat Syari’at, yaitu Shalatnya jasmani. Penyucinya adalah air wudhu.
Diterimanya Shalat akan menjadi makripatnya sariat, hanya mengetahui rastandria
yang 5 panca indra. Panca Indra menyaksikan alam raya itu menjadi saksi bahwa
Allah itu ada.
2. Shalat Tari’kat, yaitu penyembahnya hati sucinya mencega hawa nafsu.
Berterimanya Shalatnya akan menjadi makripatnya tarikat. Tarikat mengetahui
astandrianya yang 3 perkara, mengetahui tentang Allah, menyebabkan percaya dan
tidak ikut-ikutan.
3. Shalat Hakikat, yauitu penyembahnya roh (jiwa). Bersucinya adalah waspada,
tenang dan hening. Berterimanya Shalat bisa mengetahui rohaninya (rasa jati).
Tingkatan ini yang sangat gawat karena disini akan terbukanya penghalang (warno)
yang bisa menyebabkan berpisahnya jasad dan rohani (Mi’rad).
4. Shalat Ma’ripat, penyembahnya adalah jiwa (sukma), menyebabkan makripatnya
makripat (makripatullah) sudah tidak memakai alat tetapi bisa khusuk (At’tauhid
atau nyuwiji) memasuki alam yang tidak bisa dijangkau (Layu mahfud) jadi bukan
hanya sariat saja dinyatakan sesuai dengan mi’radnya Nabi Muhammad SAW
menuju alam Allah (Sidratul Muntaha).
Manusia memliki alat kasar dan halus, yang halus tidak bisa dilihat oleh mata,
tetapi lengket ketubuh kita menyebabkan panca indra bisa bekerja masing-masing
yang disebut rasa (saraf). Tali rasa (saraf) bisa bekerja menyalurkan kepada
panca indra, karena bekerjanya rasa jati bekerjanya selalu memberi peringatan
kepada roh jasmani yang bisa mengingat segala kejadian yang dikerjakan oleh
pikiran dan jasmani. Bila berdirinya manusia itu karena dialiri rasa jati tadi
maka bisa berdiri sendiri tanpa dialiri dari syaraf atau darah ke otak, pikiran
terang tanpa hambatan.
Berdiri sendiri terhadap rasa jati (roh jasmani) ukurannya tanpa batas, bisa
melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata bisaa melainkan dengan mata batin
(roso jati). Mengerjakan Semadhi (Shalat Ma’ripat) secara paksa menyebabkan
putusnya tali rasa (syarap) Astendriyo seperti diletakan keluar dari lingkaran
tadi. Karena rasa jati tadi kerjanya menyimpan dan mengetahui semua keadaan
diluar dan didalam, maka kalau terputus dari tali rasa secara terpaksa maka
bisa menyebabkan seperti orang mimpi atau ngelindur. Shalat tauhid seperti diatas
itu kurang baik. Menurut pengkias jawa nampak mimpi tadi mengetahui apa-apa
yang ada dialam mimpi. Sebenarnya semuanya tadi mengetahuinya karena rekaman-rekaman
pikiran atau Astendriya waktu terbuka mata karena banyaknya angan-angan atau
khayalan. Contohnya Tustel, pilim yang berada didalam tustel itu masih kosong,
lalu tustel tersebut diarahkan kesuatu benda yang ingin dituju dan dipetik kemudian
gambar langsung tertinggal difilm tersebut. Itulah angan-angan yang tertinggal
dipikiran (tali rasa) karena tujuan secara paksa tadi maka semua tadi mempunyai
kurang kekuatan (jaminan) seperti contoh dibawah ini;
Tidur terlentang dengan kaki lurus saling bertimpahan lalu mengatus nafas sambil
berzikir, karena dipaksa atau kaki yang saling tumpang tindih badanpun merasa
kurang enak, bahkan kakinya terasa kebas atau kesemutan lantas hal ini dianggap
mulai mendapat wahyu dan Shalatnya diterima.
Sebenarnya darah yang mengalir keseluruh badan bisa saja agak tersumbat yang
mengakibatkan kaki dingin seperti disiram air sewindu. Kemudian dibatin sambil
memikirkan pengalaman dari cerit-cerita, kata guru atau kata buku yang menjadi
pedoman.
Mengatur pernafasan sama dengan memerintah. Sebenarnya batin masih memerintah
(mengatur nafas) sendiri, karena batin masih digunakan memerintah hal ini bukan
Shalat tauhid melainkan melatih nafas.
Zikir (Mengingat Allah) itu semakin jelas , pikiran harus tentram tidak diperintahkan
mengingat-ingat artinya pikiran terus diperintah terus bekerja, menggerakkan
bibir untuk berbisik-bisik. Pekerjaan ini sama saja dengan mendiamkan tali rasa
untuk mengaliri daya piker. Dalam islam pekerjaan ini disebut syirik dan harus
dijauhi karena membahayakan diri.
B. Persemadhian (Shalat yang tidak Berbahaya)/Raja Yogha.
Tujuan Semadhi (Shalat tauhid) adalah untuk mengetahui gaibnya alam semesta,
harus menggunakan kodrat dan iradat. Untuk itu harus menggunakan alat-alat sendiri.
Mengerjakannya harus mengetahui pengalaman-pengalaman yang belum pernah diketahui.
Buktinya jika masih ada yang kita lihat didunia ini berarti namanya bukan gaib.
Tetapi apa saja yang telah direkam oleh pikiran (rasa jati) saja, tetapi jika
mengetahui apa yang tidak ada didunia baru bisa dikatakan mengetahui gaib dan
sebenarnya tujuan Shalat khusuk tadi hanya untuk menentramkan gerak astendrio
(pikiran). Jika pikiran sudah tertram benar, yang bergerak adalah rasa jati/Rohani
(roso eling). Ditingkat pembangunan jiwa (roh)yang masih hidup adalah rasa jati
kita sendiri, Sebenarnya persemadhian (Shalat khusuk) itu menjadi tujuan, maka
pekerjaan itu berusaha agar tujuan tadi tidak terhalang oleh rasa tidak enak,
seperti pekerjaan yang memaksakan diri, yang baik dan cocok untuk saling menjaga
diantara cara-cara dengan seenaknya, mau telentang, rukuk, sujud bisa saja asal
bisa. Karena bebas dan tidak terikat jadi pekerjaan itu lebih enak dan memuaskan.
Yang penting berusaha untuk menentramkan Tri Indra (pikiran, perasaan dan keinginan).
Shalat tanpa tekad sama dengan pergi tidur, pikirannya berhenti sendiri (tentram
sendiri / ketiduran), karena pikiran berhenti (tentram) karena capek mata ngantuk,
jadi tidur itu Kodrat, itu bukan tujuan kita.
Semadhi (Shalat tauhid) iti dikerjakan oleh para ahli Ma’rifat (Arifin
dan aulia). Semadhi (shalat daim) pekerjaan sebelum tidur untuk menentramkan
pikiran (mengendalikan pikiran) dari semangat kemauan, itu bukan pekerjaan yang
mudah, sebab shalat tadi untuk menegakan Rohani dengan Roh Jasmani (Rasajati-jawa).
Kalau dipewayangan seperti Khrisna Gugah (membangunkan Khrisna), itu sebenarnya
menghidupkan Rohani dengan Roh jasmani (Rasajati). Bagi orang yang shalat Syari’at
ataupun Ma’rifat puasa itu berguna sekali, karena nafas itu tergantung
kebisaaan yang sudah terlatih dan diatus, lama-lama teratur sendiri lebih baik,
karena batin tidak ikut-ikut, nafas itu sudah Kodrat.
Semadhi (At’tauhid) itu hanya dikerjakan oleh orang ahli Ma’rifat
(Arifin dan Aulia), dan semua pelajaran itu hanya tentang peraturan. Keterangan
selanjutnya hanya bisa menerangkan yang tidak bisa dipaksakan. Shalat Ma’rifat
atau Semadhi bagi yang ada 2; Mengheningkan cipta dan Mengosongkan cipta;
1. Mengheningkan cipta atau belajar Semadhi (shalat Khusyuk), pekerjaan itu
sulit sekali, sebab yang menjalankan harus tidak mengingat apa-apa saja keadaan
lahir batin. Caranya ada yang melihat apa-apa yang bisa dilihat, itu hanya untuk
melupakan yang dipikirkan.
2. Mengosongkan cipta (mengendalikan pikiran), pekerjaan itu tambah sulit, sebab
disitu harus menghilangkan pengalaman indra yang mengingat-ingat Keadaan, disitulah
timbul pikiran macam-macam, yaitu pekerjaan pikiran orang hidup, sebab hidup
itu mempunyai perasaan. Semua keinginan ikut-ikut bicara (terpikir), harus sedikit
demi sedikit dihilangkan melalui membaca zikir terhadap Allah, oleh karena Allah
itu tidak bisa dijangkau (Layu Kayafu), maka dalam zikir harus tidak mengingat
apa-apa, perbuatan itu mengkhusyukan dengan Dat (Layu Kayafu).
Pekerjaan seterusnya tentang zikir itu umpamanya begini; zikir itu harus mengucapkan
lafal bermacam-macam menurut keyakinan sendiri-sendiri, ada yang mengatakan
“hidup.. hidup”, ada yang mengatakan “ham.. ham”, zikir
itu Napi isbat, yaitu mengucapkan “Laillah haillalah” dan dimengerti
benar-baner, artinya tidak ada Tuhan, melainkan Allah (ilallah), maksudnya menetapkan
adanya ilallah (isbat). Zikir itu lama-lama tidak tergantung dengan yang mengerjakan,
apa perlu dihitung atau tidak, itu sama saja. sesudah mengucapkan lafal tadi
berulang kali atau tidak, lalu diteruskan mengucap “ilallah .. ilallah..”,
atau mengucapkan musbitnya saja, umpamanya; “Allahu.. Allahu..”,
atau “hu.. hu.. hu.. “, seterusnya sampai lelah, lalu tidur. Sarana
itu akan mendapat yang diinginkan.
Kerjanya tidak perlu dipaksa, jika dipaksa menjadi bosan, sebab mengejar supaya
cepat mengetahui terkabulnya menjalani, dan kekuatan Rohani dan Jasmani. Seperti
tersebut mengharap-harap sampai sebulan atau setahun atau sekali seumur hidup,
tergantung rahmatnya.]
Mengerjakan shalat Ma’rifat atau Semadhi harus tetap menjalankan shalat
lima waktu, berdasarkan pasrah dan ikhlas. Sewaktu mau zikir tujuannya harus
satu, ingin membuktikan intisari ajaran Tauhid, menyatu (nyuwiji-jawa), maksudnya
zikir itu mengingat kata-kata (lafal) tetapi mengingatnya hanya untuk dasar
pertama menghilangkan pikiran yang kesana-kesini yang selalu teringat.
Karena tujuan Tauhid hanya untuk membuktikan gaibnya Allah (Layu Kayafu), maka
yang penting dengan halnya zikir tadi, harus menyebut nama Allah yang mudah-mudah
saja, yang harus mudah dipahami, bahasa Arab atau bahasa apa saja, disitu tujuannya
hanya untuk menyatukan menuju Dat Allah ta’allah, yang penting mengosongkan
gambaran-gambaran, perasaan yang dikerjakan oleh pikiran tadi.
Suatu perkumpulan kebatinan mempunyai ucapan zikir, itu kalau diteliti memang
sudah benar dan mudah. Dan kata-kata hidup tadi karena adanya lafal, asalnya
alam seisinya. Kosong artinya adanya hidup yang kuasa, jadi lafalan dikutip
dari kata hidup, lalu untuk mengatur nafas keluar masuk. Kata-kata bahasa Arab
disebut “hu Allah”, jadi ucapan hu dan Allah. ka
Karena di Wiridan bahasa jawa menerangkan adanya hidup, kuasa, lalu diucapkan
kata “hu” dan “rip”, semua itu tidak menjadi masalah
(bebas), yang penting menyatu (At’tauhid) kepada Dat Allah. dan orang
mempunyai tujuan nyembah kepada Allah itu tidur, bangun, makan dan kerja harus
ingat. Seperti keterangan lagu jawa (sinom) dibawah ini;
Ing dalu kelawan siang = dimalam dan siang hari,
Lan inget sakjerone ati = dan mengingat dalam hati,
Aywo lali Hyang Widi = jangan lupa pada Allah,
Ing siang kelawan daluh = disiang hari dan malam hari,
Ojo nyipto piyambak = jangan menciptakan sendiri-sendiri,
Dingin mangke pribadi = dulu dan sekarang sendiri,
Dunyo ngakhir kelawan yang sukmo = dunia akhirat dengan Allah.
*******