Ada sebahagian kepercayaan mengatakan Nur Muhammad lebih kurang begini: Muhammad
itu cahayaku, aku Adam, Aku Muhammad, Aku Allah;
“Cahayaku pada Mata. Aku Adam, asalnya manusia dari kosong (suwung-jawa)”
“Aku Muhammad”, artinya asalnya dari Nur Muhammad,
Terakhir “Aku Allah.”
Selanjutnya golongan tadi memutuskan adanya aku (ingsun-jawa), adanya nafas.
Tujuan dan pendapat diatas tadi umpama diteliti dengan jernih hasilnya tidak
baik, karena Nur Muhammad itu tempatnya di mata, itu tidak sesuai dengan kenyataan,
maka dari itu mata tidak bisa melihat jika tidak memiliki sifat Allah (Bashar),
oleh karena sifat Bashar itu sifat-Nya Allah (Pangeran-jawa). Menurut keterangan
dimuka tadi sifat Muhammad itu memiliki sifat lengkap (sifat 20). Jadi tidak
benar kalau sifat 20 itu menyatu dimata. Menurut Hidayat Jati (Rangga Warsita)
Muhammad itu selengkap begini; Nukat Gaib itu menjadi 2 bagian :
1. Nukat, artinya Benih (benih yang terjadi)
2. Gaib, artinya samar (tidak bisa dilihat oleh mata), tidak bisa diraba, sifatnya
mutlak (abadi).
Nukat Gaib disebut Nur Muhammad, jika diteliti selanjutnya Wirid Hidayat Jati
mengatakan bila Nur Muhammad itu cahaya yang terang benderang tidak ada bayangan
cahaya (ingkang padang tanpa wayangan-jawa).
Kata terang artinya menerangai siapa yang kena sinarnya pasti merasakan sinarnya.
Nyata kalau Nur Muhammad terang menyinari seluruh yang nyata atau wujud alam
raya.
Karena tanpa bayangan jadi bukan cahaya lampu, memang tidak ada didunia ini.
Apa sebab kata tanpa bayangan karena siapa saja, apa saja jika terkena cahaya
pasti tembus, tembus artinya tidak putus karena terhalang benda apa saja, karena
cahaya itu tanpa batas (meliputi). Jalan itu bisa menunjukan kepada jalan-Nya
Dat yang wajib yang menyinari seluruh yang diciptakan. Pendek kata Ikhtikat
(tujuan) Nur Muhammad atau cahaya yang suci, itu sama dengan Hakikatnya yang
Maha Kuasa, sama dengan aku tidak melihat tetapi daya tarik menarik. Kata Nur
Muhammad itu menurut ajaran agama yang mendapatkan adalah pujangga Al-Hallaj,
mereka membenarkan bila kejadian semua yang diciptakan itu dari Hakekat-Muhammadiah.
Wirid bahasa Jawa Nur Muhammad (cahaya yang terpuji), pujangga itupun berpendapat
Nabi Muhammad terjadi dari 2 bagian, yaitu :
1. Muhammad, bentuk sifat Muhammad sendiri
2. Muhammad, bentuk seluruh ilmu, agama, filsafat dan lain-lain, artinya pusat
atau sumber segala ilmu.
Dari itu sifat Muhammad sama berdirinya Rasul, utusan Dat yang menyebar ilmu
agama murni, tidak dicampuri agama apapun (ilmu-ilmu lain), an keterangannya
dibawah ini :
1. Muhammad sama dengan manusia hidup
2. Jiwa Muhammad sama dengan jiwanya manusia.
Yang menjadi penuntun agung Rasul, Nabi, Wali yang sudah Ma’rifat, yang
sudah lepas dari godaan nafsu (keinginan). Jadi manusia itu sifat ujud pasti
mati, sakit, rusak atau busuk. Kalau sifat Qadim Muhammad cahaya yang terpuji
tetap meliputi jagat raya, jadi sama dengan cahayaterang benderang tanpa bayangan.
Dalil Al-qur’an surat Al-Qashash : 52 :
“Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al Kitab (Yahudi, Nasrani) sebelum Al Quran, mereka beriman (pula) dengan Al Quran itu (Allah atau Muhammad) “
Keterangan tadi mengagungkan nama Muhammad, menurut pujangga Al-Hallaj, Nur
Muhammad itu sumber dari segala yang ada di jagat raya ini dan seisinya, jadi
makhluk, manusia dan benda-benda itu hanya percikan dari cahaya Muhammad. Karena
hanya percikan cahayanya Dat, sifat, asma, afhngal, itu disebut Widhatulwujud.
Pendapat Al-Hallaj itu lalu disebut dengan pujangga Ibnu Arrabi tahun 1102 Masehi
di tanah Andalusia. Sama dengan pendapatnya menerangkan kalau Nabi Adam, para
Nabi-nabi utusan Allah dan lain-lain didunia terjadi dari percikan cahaya Nur
Muhammad atau Hakikat Muhammad. Karena Nur Muhammad itu sama dengan Hakikatullah.
Lalu keyakinan semua tadi keadaan satu (Sawiji-jawa) bisa pendapat tadi meluas
di tanah Jawa antara abad 15 dan 16 Masehi. Dari silang pendapat orang itu kurang
mendapat penerangan sudah berani mengikuti paham tadi, hanya berhenti sekedar
tahu saja, tetapi sudah berani kepada umum, padahal pengetahuan tadi hanya Cuma
bicara.
Rasa menyatu dengan-Nya (cahaya Illahi) tidak mudah jika tidak dijalani melalui
Shalat Tauhid sampai ke At’tauhid tentu tidak bisa menerima keterangan-keterangan
tadi, kalau salah bicara atau menerangkan mengakibatkan perkataan golongan lain
mengatakan Kafir atau Kufur, menyatukan Allah atau menduakan Allah, jadi mengatakan
Chaliq dan Makhluk itu dua, batinnya tidak menyetujui tentang Widhatulwujud
(keadaan satu), makhluk itu bisa dilihat dengan mata tetapi Chaliq atau Dat
yang tidak bisa dilihat atau dijangkau apapun.
Tetapi yang mempunyai sifat seperti Al-hallaj atau Ibnu Arrabi dan Syeh Siti
Jenar itu; Ikhtikat Widhatulwujud, dihatinya dan amalannya sudah menyatakan
bila Dat, Sifat, Asma, Afhngal, itu satu. Jadi tidak hanya tahu saja.
Keterangan Bab Anasir 4 macam seperti diatas keterangannya begini : pengikut
agama kristen Allah itu atau Tuhan itu punya putra sama dengan Citra, bayangan
Dat umpama matahari sinarnya memenuhi kolam, umpama itu ditekadkan sama dengan
Nur Muhammad tidak seberapa beda, keterangannya begini :
1. Allah sama dengan sang Rama (Iswara-Sangsekerta)
2. Hakikatullah sama dengan Nur Muhammad
3. Nur Muhammad sama dengan Citra
4. Citra, Hakikatnya sama dengan Putra.
5. Sang Putra sama dengan Jiwa.
Jika diterangkan Nur Muhammad itu pusatnya kejadian dan menjadi wujud sifat
hidup kita, Ikhtikat disebut aku (putra Allah). Putra (Citra) itu bayangannya
Nur Muhammad, artinya putra bukan anak bisaa seperti bayangan yang diterima
oleh Allah.
Karena sang Rama (Allah) itu tidak bisa dibayangkan (dilihat) dengan mata bayangannya
pun tidak bisa dilihat. Sifat-sifat tadi dimiliki oleh manusia, sifat-sifat
bisa dipergunakan untuk membuktikan yang tidak bisa dilihat tadi (terjangkau
oleh akal pikiran). Dalam agama Budha disebut Nirwana (alam abadi), oleh karena
tadi hanya nama dan kata-kata saja, jadi salah mengaku kuasa semua itu salah.
Hakikatnya tidak bisa berdaya apa-apa kalau menyinari pada sifat-sifat yang
tidak lengkap, tetapi bagi manusia bekerjanya seperti yang memiliki sifat Hakikat.
Oleh karena yang memiliki Hakikat itu hanya untuk satu gambaran (contoh); matahari
dilangit menyinari kekolam isi air, jadi sikolam tidak memiliki sinar, yang
memiliki tentu matahari.
Keterangan tadi Muhammad itu Hakikatnya Dat dan Dat itu lengkap tidak berubah-ubah
dan wajib adanya, lalu penganut yang mengatakan Muhammad itu cahayaku yang tempatnya
dimata tidak bisa diterima. Untuk menutup keterangan tentang Muhammad penting
menjadi peringatan, karena sifat Muhammad dan Rasul, dan bisa mengatakan Rasul,
harus diamalkan (dikerjakan) karena sifat 20 adalah sifat-sifat-Nya Allah yang
tanpa batas, cahaya tanpa batas;
"Orang yang mempunyai kemauan itu kemauan Allah”
“Orang yang berbicara itu bicaranya Allah”
“Orang yang berbuat itu berbuatnya Allah.”
Karena itu orang yang telah menjadi Rasul, Nabi, Wali, Mukmin Haz (yang sudah
Ma’rifat), orang yang sudah dibuka hatinya oleh Allah yang tidak pernah
merasakan apa-apa yang dibicarakan atau yang dikerjakan, karena sudah pasrah
(menurut kehendak-Nya).
Jadi tandanya siapa saja mengaku dirinya berkuasa, pintar, bayak ilmunya, kebal,
bisa menghilang dan kesayangan Allah yang sangat mengherankan itu bukan utusan
Allah, melainkan utusan nafsu (syetan), seperti Dalil Qur’an surat At-Takwir
: 29 ;
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam”
Maksudnya jelas sekali, umpama bisa At’tauhid (menyatu dengan-Nya) dengan Dat yang Maha Suci, seperti ayat diatas apa yang kita mau itu kemauan Allah, itu semua melewati mulut, telinga, yang menadi perantaranya Allah bagi orang yang sudah mencapai Ma’rifatullah.
*******