Qur’an surat Al-Hadiid ayat 4-6;
4-“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian
Dia bersemayam di atas ´arsy] Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi
dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang
naik kepada-Nya]. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.”
5-“Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan
segala urusan.”
6-“Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke
dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.”
Ilmuwan zaman dahulu Anaxagoras dari Clazomini (yunani), ia adalah seorang
ahli ilmu pasti yang disebut sebagai seorang kafir, karena tidak percaya dewa-dewa,
dan ilmunya dinamakan Atomistik, ilmuwan itulah yang menyiarkan; bila roh-roh
itu tidak ada batasnya dan mewujudkan gerak tertib, selanjutnyanya roh-roh menyatu
dengan tuhan-tuhanan, dan ia bertekad mengatakan roh-roh itu maha kuasa dan
maha tahu. Ilmuwan lain yang sam pada waktu itu Anacagoras yaitu Anaximander
dari Milete Ionia; kepercayaannya kealam raya (benda), tujuannya; asalnya benda-benda
itu dari zat tanpa awal tanpa akhir dan tidak bisa ditebak, zat itu disebut
Apeiron, artinya kekal (abadi), menurut kepercayaannya (Apeiron) adalah tentang
jiwa (roh), pendapatnya bila roh-roh itu seperti Hawa dan Angin. Ilmuwan Ibnu
Araby Al Halady dan syeh Siti Jenar sama pendapatnya, jika manusia itu berasal
dari Hakikatnya Maha Agung, artinya penyempurna DAT, dan Faham itu disebut Widatul
Wujud. Pendapat memutuskan Allah dan manusia menyatu, dalam bahasa Wiridan disebut
Chaliq, dan makhluk itu satu (menyatu), begini keterangannya; DAT Yang Maha
Kuasa itu meliputi adanya sifat Ujud, tidak luar tidak didalam, tidak bertempat,
tidak zaman, tidak laki-laki tidak perempuan, tidak beranak tidak diberanakan,
tetapi meliputi Jagat Raya, lihat firman Allah, surat Al-Hadiid : 4-6, seperti
diatas.
Artinya ayat-ayat tadi Al-Hadiid 4-6; kepada siapa saja yang diciptakan tidak
dibeda-bedakan (pilih kasih), yang sifat baharu semua diliputi Zat Allah. Semua
itu untuk membuktikan kepada orang yang berpendapat Allah itu pilih kasih dan
ada yang disayang karena dari adanya pendapat yang bermacam-macam lalu ada ada
golongan yang memberanikan bahwa Allah bisa dijumpai dengan manusia dengan memuja
cara masing-masing. Sebelum adanya peraturan agama, ada peraturan yang menetapkan
bisa jumpa dengan Allah karena menyembah kepada benda untuk perantara. Faham
tadi dinamakan Animisme yang menambah kepercayaan golongan tersebut. Manusia
itu mempunyai hidup terus sesudah mati, oleh karena hidup itu Hakikatnya Allah.
Allah itu meliputi semua maka menjumpai memakai (memuja) kayu, batu, patung;
paham (kepercayaan) itu bisa saja percaya ada DAT yang wajib adanya, tetapi
tanpa keterangan, jadi pekerjaan tadi hanya yakin ada dan cinta, jadi faham
yang tidak terang, tetapi didalam hati bisa menciptakan/mengarang bahwa Allah
itu ada dan menyatu, faham tadi disebut Antropormophisme. Ujud/nyata disini
berarti karangan-karangan yang timbul dari angan-angan lalu ada golongan yang
nebak-nebak bahwa Allah itu bisa menjelma menjadi orang, dan orang itu disebut
Allah. Kitab Injil, Taurat asal pertamanya terjadi Jagat Raya;
• Allah menciptakan manusia melalui cahayanya
• Tidak ada orang yang bisa dekat dengan Rama (Allah), kecuali tidak keluar
dari Rama aku, umpama kamu bisa mengenalku pasti kamu mengenalku (Rama).
• Orang yang bisa melihatku, jadi sudah bisa melihat sang Rama, sang Rama
ada berada padaku
Kata Citra tersebut diatas maksudnya sinar yang memancar, itu kata karangan,
dalam perkataan Wirid disebut Hakikat, sudah sebenarnya manusia itu asal Hakikatnya
Tuhan. Menurut trilogy Kristen; Tuhan sifatnya Rama sang Putra dan Rohulkudus/Rohsuji
(perkataan sang Rama lebih kurang adalah DAT yang wajib adanya) Tuhan yang disembah
yang paling tinggi sekali. Sang Putra sinarnya Rama (Hakikatnya cahaya tuhan)
atau yang dinamakan Citra yang sifatnya makhluk yang memiliki sifat 20, Rohul
kudus itu roh suci yang menempati sifatnya manusia. Karena manusia sifatnya
sempurna, lalu manusia memiliki Rohul Kudus, Rohul kudus itu bisa disebut sejatinya
aku, lebih-lebih tentang kemajuan rasionalnya (akal pikir) orang saja.
Surat Injil diatas tadi lalu ada perkataan; “orang yang bisa melihat aku,
jadi sudah melihat sang Rama”. Keteranngannya; orang yang sudah mengetahui/melihat
aku sama seperti sudah mengetahui/melihat Allah. Jadi kata melihat artinya bukan
dengan mata, tetapi melihat melalui hati, yakin dengan diri sendiri, aku itu
meliputi Hakikatnya Allah.
Wihdatul Wujud asal dari bahasa Allah, Pembagiannya begini :
• Wihda dari kata Wahdat, artinya Satu.
• Wujud artinya Ada.
Jadi Wihdatul Wujud itu adalah Satu dan Ada (Kahanan Tunggal = Bahasa Jawa),
yang menciptakan dan yang diciptakan, bahasa Ilmu (Wirid) Chaliq dan Makhluk,
artinya lebih kurang Chaliq tidak ada dan Makhluk tidak ada. Sebaliknya kalau
Manusia tidak ada, maka Manusia dan Chaliq tidak ada yang menyebut. Dibagian
keterangan kepercayaan Wihdatul Wujud banyak para Ulama yang tidak sepakat pendapatnya
atau sama tidak percaya pendapat tadi karena keadaan tunggal itu pecahan para
Pertapa, Sufi, Filsuf. Ada pendapat yang simpang siur, yang satu mengatakan
Chaliq dan Makhluk itu Dua, artinya Allah disamakan berada disuatu tempat dan
makhluk ada tempatnya masing-masing. Di Jawa menurut surat Wirid dan sejarah-sejarah
ada seorang Wali mempunyai pendapat bahwa Wihdatul Wujud itu namanya Syeh Siti
Jenar, ditanah Jawa dulu ada Wali 9 (Songo=Jawa) didemak, para Wali menurut
sejarah mereka tidak suka kepada Syeh Siti Jenar, karena tidak sepaham dengan
para Wali, lalu dimusuhi dan ilmunya sampai sekarang diketahui.
Ditahun 858 Masehi di Persia ada pujangga namanya Al Hallaj, dia terkenal didunia
barat dan timur dengan bukunya dan buku-buku tersebut ditulis dengan bahasa
masing-masing negara/daerah, pendapatnya mengakui Wihdatul Wujud (Yang Kuasa)
adalah Tuhan Esa, dan Al Hallaj tadi dihukum oleh pemerintahan dizamannya, karena
khawatir pengetahuan tadi berbahaya bagi masyarakat awam/umum.
Kepercayaan Wihdatul Wujud disebut keadaan satu. Menurut pendapat Sarjana, Filsufi;
Plato, Aristoteles, Al Hallaj, Syeh Siti Jenar dan menurut keterangan itu menebak
bila Manusia sebenarnya penyempurnaan Dat Allah, keterangannya umpama Manusia
dan Makhluk itu seperti Air yang jernih yang berada dibak air dan Allah di ibaratkan
seperti Surya diatas langit yang memancarkan cahaya ke 1000 bak air tadi, dan
isi 1000 bak air tadi jika dilihat masing-masing terdapat matahari/surya yang
memancarkan sinarnya dari langit tetapi sebenarnya matahari tadi hanya satu.
Leluasa artinya benda, manusia, besar, kecil bergerak karena memiliki Dat Allah,
seperti Bak Air tadi ada Mataharinya, dan bergerak menurut keadaannya (kodratnya).
Ada lagi kepercayaan yang berpendapat Chaliq dan Makhluk itu ada dua. Keterangannya
kalau Makhluk-makhluk dilihat dari Chaliq (melihat matahari) keadaannya tetap
satu, kalau dilihat dari makhluk (bak air tadi) matahari lebih dari satu, yaitu
Makhluk (bak air) satu, Chaliq (tuhan) dua, artinya Matahari ada 1 (satu) dibak
dan 1 (satu) dilangit.
Al-Qur’an surat An-Najm : 43-44 ;
43. “dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,”
44. “dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan,”
Yang menyebabkan tertawa dan menangis itu Allah, artinya Manusia sudah memiliki
sifat Qodrat / Irodatnya sifat 20, lalu yang memberi sifat tadi mengikuti tertawa,
menangis, jadi pendapat tadi berpedoman kepada ayat-ayat suci Al-Qur’an,
sebenarnya Allah itu meliputi kita semua (manusia);
1. Dat Allah; tidak nampak, layu Kayafu, Nukat Gaib, orang tidak bisa melihat
tetapi bisa menguasai, bisa menghidupi, bisa mematikan, bisa menangiskan dan
bisa mentertawakan.
2. Arti keterangan diatas mengatakan tidak diragukan lagi karena Hakikatnya
DAT (sifat 20) tadi, karena umat manusia tidak berhak mengatakan bahwa manusia
sama dengan Allah, walaupun memiliki DAT (sifat 20) yang lengkap, karena manusia
tidak mempunyai kekuasaan (Wenang – Jawa).
Oleh karena itu lalu ada pendapat bila Allah dan Umat itu dua (Allah,Umat),
ada yang mengatakan Allah dan Umat itu satu (Esa); Datnya sama, geraknya sama,
Hakikatnya sama, karena semua sama-sama yang menguasai dan yang dikuasai, lalu
diartiikan satu Dat Allah. umpama Siti itu bisa merubah diri apa saja, Dat Siti
sama geraknya dengan Siti, tetapi Siti sulit untuk menyebut badannya sendiri,
seolah-olah bertanya kepada diri sendiri “dari mana asalnya ini?”.
Jadi keterangan kepercayaan Wihdatul Wujud asal dari satu DAT bisa menjelma
apa saja.
Mempelajari Pelajaran (Wedaran Wirid – Jawanya) Bab Sifat 20 itu memang
sulit, karena yang diterangkan tentanng mengenai Allah (Tuhan), jadi memang
sebenarnya para leluhur dizaman dahulu memikirkan tentang yang sangat sulit,
karena memikirkan kalau salah menerima bisa membahayakan hidupnya sendiri dan
masyarakat umum.
Almarhum Mahatma Gandhi (India) sangat memuji kepada kepribadian Nabi Muhammad
SAW, karena satu tujuan yaitu menyembah kepada Satu Allah, kalau dilihat kepercayaannya,
Mahatma Gandhi itu pujangga Budha, dan Nabu Muhammad penyebar Agama Islam. Kalau
difikir tujuan Mahatma Gandhi tentang Tuhan (Allah) adalah satu, hanya beda
nama tetapi tujuan sama.
Pujangga Islam Syeh M. Abdul pernah berteman dengan pujangga Kristen Graaf leo
Tolstoy, dan berpendapat Nabi Muhammad SAW tidak beda dengan Mahatma Gandhi.
Menurut surat-surat M. Abdul dan Tolstoy sama-sama mempercayai agamanya masing-masing.
Adanya hubungan tadi hanya menyatukan tekat yang dikatakan MONOTHISME, artinya
menentukan Allah itu Satu utuh (Esa). dari contoh-contoh itu lalu jelas Kitab
Allah itu bahwa walaupun beda namanya tetapi sama tujuannya, yaitu menetapkan
Allah itu satu (Monothisme). Beda keterangan yang terdapat pada kitab-kitab
tadi yaitu :
• Agama Islam; Allah - Sifat 20
• Agama Kristen; Trimurti – Tuhan Rama
• Agama Budha; Tuhan Trimurti sang Budha.
Semua itu hanya sebagai pedoman, artinya untuk contoh jalannya ilmu pengetahuan,
lalu ada pendapat yang berbeda-beda, itu dapat dari turun temurun, Allah mengutus
para Nabi, penganutnya sama-sama meyakini ajaran Nabi Musa pada zaman itu, dan
sampai sekarang tetap tidak setuju dengan pendapat lain, karena dihati yakin
terhadap ajaran Nabi Musa yang dianggap benar;
• Ajaran Nabi musa yang utuh terdapat 10 (sepuluh) ajaran, dan pada zaman
dahulu masyarakat belum seperti sekarang kemajuannya, turun temurun penganutnya
sama-sama membenarkan ajaran Nabi Musa, dan sampai sekarang tidak setuju pada
agama lain, karena ajaran Nabi Musa dinggap paling benar.
• Ajaran Nabi Isa itu menjadi ukuran masyarakat zaman dahulu sampai sekarang,
turun temurun tetap menjadi kepercayaan (dianut).
• Ajaran Nabi Muhammad SAW, begitu juga membenarkan pada ajaran-ajaran
Nabi-nabi, walaupun beda-beda tempat dan kemajuan cara berfikir, ajaran-ajaran
tetap bertekad membenarkan Allah itu satu (Esa).
Bila demikian adanya keterangan 3 macam bisa disimpullkan dengan menurunkan
kitab-kitab perantaraan Nabi-nabi Allah, menilai keadaan masyarakat bahwa Al-Qur’an
itu kitab yang diturunkan untuk menutup segala kitab-kitab yang diturunkan,
dengan isinya yang lengkap dan meliputi politik, ekonomi, bermasyarakat, pernikahan,
hukum tata negara dan lain-lain, dan semua yang terpenting Al-Qur’an itu
sifatnya Allah.
Seketika ada pertanyaan begini; “jika semua agama-agama itu kemauan Allah,
kenapa baru sekarang menyatunya agama. Jawaban dari pertanyaan itu benar atau
salah dinyatakan di Surat Al-hajj : 67 ;
“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan Syari'at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.”
Keterangan dari ayat diatas begini; Agama contoh peraturan yang dikehendaki
oleh Tuhan (Allah), intisarinya menuju yang benar, walupum agama tadi harus
ditaati, walaupun lebih tua (lebih dahulu mencul) atau lebih tebal kitabnya,
semua perintah menurut orang zaman dahulu tetap benar (lurus), yang membenarkan
adalah orang yang sudah maju, menurut pendapat pasti benar untuk orang dizaman
dahulu, walupun dikotak-katik (diubah-ubah) tetap benar (lurus), walupun yang
membenarkan itu orang dizaman sekarang, Allah mengatakan “hati-hati, segala
urusan agama itu jangan dibuat perdebatan”, sebab yang penting agama-agama
itu merupakan perkataan-perkataan Allah (Firman Allah). Allah itu pujaanmu (Sembahanmu),
Allah itu ada. Bila diteliti dari agama Budha, Kristen, Islam, Majusi, Sinta,
Hindu, Tao, Zorowaster; semua itu seperti sungai yang mengalir deras, panjang,
lebar dan mengalir pelan; semua mengalir kearah laut (samudra). Ada pertanyaan
begini; “apakah agama tadi bisa bersatu dengan upacara !!”, ada
yang mempunyai tekad menyatukan agama-agama itu, ia seorang Cendikiawan Sufi
dari Persia yang terkenal, namanya Al-Hallaj, sebelum Cendikiawan tadi wafat,
ia mempunyai tekad satu, yaitu peraturan Allah untuk Allah, umpamanya tercapai
dan bisa menyatukan bangsa berjuta-juta.
Tekadnya Anaxagoras tentang Hakikatnya Roh, itu umpama diteliti belok dari tujuannya
yang berwujud benda, barang dll, itu sampai sekarang belum ada satu manusiapun
yang membuktikannya, umpama ada orang yang cerita bisa melihat Roh, sebenarnya
hanya bisa menjerumuskan, dan firman Allah surat Al-Isra : 85 ;
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."
Kata sedikit itu tidak berarti barangnya, hanya sepengetahuan, buktinya orang
bisa memilih hidup itu apa.. walaupun nanti pikiran manusia sudah maju, mengenai
Esa itu belum ada Nabi, Wali, Mukmin, Sarjana, Profesor, Doktor dan lain-lain
yang bisa memegang Roh, walaupun Roh semut, yaitu yang dinamakan Gaibnya Allah.
Didunia modern sangat membingungkan tentang Allah, lalu ada paham Athisme yang
membantah ada Allah.
Menurut Paham tadi Allah tidak ada, hanya ciptaan manusia. Penafsiran ketuhanan
itu tidak bisa untuk landasan mencari hukum kejadian dan sebabnya. Francis Bacon
mengatakan dizaman kemajuan ilmu, zaman makmur semakin banyak orang yang tidak
percaya kepada Allah, kenapa waktu miskin, gembel, perut lapar, sakit lalu manusia
mencari pegangan (kepercayaan) kepada Allah.
Bacovan Ferulame berkata demikian; sorang Athist itu orang-orang yang hatinya
palsu, tidak jujur. Untuk penutup tentang Ikhtikat macam-macam untuk ketuhanan,
disini perlu tambahan pendapat tentang ajaran Sidarta Gaotama, yaitu Sri Budha
Gaotama, begini; menurut berabad-abad kebudhaan itu bukan agama, tetapi suatu
pendapat bahwa sebenarnya kebudhaan agama Tuhan, sebab yang menyiarkan adalah
seorang ahli tapa, dan kata dari Tuhan melalui sang petapa Sri Budha Gaotama,
bedanya apa?, Nabi Muhammad bertapa di Gua Hira di tanah Arab, sang Gaotama
bertapa di pohon Budhi dan dua-duanya mendapat kitab.
Ajaran kebudhaan menghilangkan (melepaskan diri) dari kesengsaraan (kesusahan)
menggunakan kekuatan diri sendiri, dan Maha Budha hanya memberi hidayah, taufik
dan berkah, maksudnya pusat azas abadi atau pusatnya sumber yang ada (Jagat
Raya).
Pelajaran itu ternyata merupakan kebutuhannya manusia dan membenarkan bahwa
kesengsaraan (penderitaan) itu sumbernya adalah Nafsu, maka nafsu itu harus
dikendalikan, jalannya harus konsentrasi, meditasi, yaitu Dhiyana atau Semedi
(At’tauhid bahasa arabnya) menurut keyakinan menuju kebudi (Qalbu bahasa
arabnya) dan bersama melalui tata tertib susila, sesudah bisa mengendalikan
Nafsu, baru bisa menerima pelajaran bila Budi (kesadaran diri) pribadi itu tiak
ada, jadi hidup merasa sendiri (individu) itu salah, sebenarnya harus merasa
hidup menyatu, berdiri tidak sendiri-sendiri (universalisme) dicocokan dengan
sifat Afhngalnya Allah.
Selanjutnya bila sudah bisa menyatu dengan keabadian tidak terikat dengan suatu
sebab dan akibatnya (Karma) yang berubah-ubah, karena dengan perbuatan sendiri
menyebabkan penderitaan, dengan tujuan yang baku (utama) menuju ke alam Nirwana,
alam yang tidak terjamah oleh apapun
Budisme (agama Budha) itu tidak mengakui adanya roh (jiwa) pribadi, manusia
itu hanya membuktikan paduan dari kumpulan zat yang hanya selalu bergerak berubah-ubah
tidak kekal, karena perbuatan sendiri, dan perbuatan orang lain, keterangannya
lebih kurang sebagai berikut :
• Masuk Agama Budha
• Mengerjakan perintah yang Suji
• Menjalankan Puja (menyembah)
Artinya ;
a. Darma itu undang-undang Tarikat yang untuk ke Budhaan (agama Budha)
b. Jalannya untuk menuju kebebasan kecuali semedi harus memenuhi syarat-syarat;
berbicara harus yang benar, tekad yang benar, pikirang yang benar, pekerjaan,
hidupnya sederhana, watak yang benar, jujur dan Suji (Ikhlas).
Keyakinan (kepercayaan) Hindu, yang disebut Trimurti atau bentuk sifatnya Allah
itu :
1. Brahmana sifat yanng menciptakan Jagat Raya dan umat
2. Whisnu sifat yang menggerakkan semua yang tercipta
3. Shiwa, sifat yangn merusak semua yang tercipta, yaitu kalau diteliti sifat
Allah yang Irodat dan Qodrat yang dimilliki manusia terdapat keadaan hidup,
berkeluarga dan matinya.
Jadi Trimurti tadi untuk tanda saksi, kekuasaan Dat yang wajib tadi untuk kehidupan
manusia, hewann tumbuh-tumbuhan, bakteri, Jin; tidak kekal (tidak abadi) tetapi
Dat yang berkuasa tadi kekal (abadi).
Ajaran Budha tentang Nyuiji terhadap Allah azas abadi itu umpama diteliti dengan
ajaran Islam tepat sekali; tidak salah, yaitu bahasa Arab bahasa Tauhid (ketuhanan
Theologi) keterangan seperti ini; kata Tauhid dari kata hitungan Wahid (satu),
lalu menjadi At’tauhid menjadi ilmu Tauhid. Wahid bahasa jawa, kalau Sunda
Ngawahid, bahasa Indonesia mewahid, karena bahasa Arab menjadi menjadi Tauhid,
artinya menyatukan (menyatu dengan Dat tadi). Begitupun ajaran Sariah Islam
menyatukan dengan Allah, bukan menduakan Tuhan (Syirik) dan At’tauhid
ilmu yang menyatakan tentang ketuhanan, ilmu tentang mengupas sifat-sifat Allah
yang lengkap.
Keterangan dalam Wirid, kata menyatu (menghusyukkan – Arabnya) menyatu
dengan yang satu (unversalisme – Budha) menghilangkan perasaan lebih dari
satu (husyuk – Arabnya) itu hilang dari perasaan. Jadi ilmu Tauhid itu
suatu ilmu menyatu dengan Dat Allah wajib adanya atau ilmu yang mengatur cara-cara
menghilangkan perasaan, pikiran yang bekerja sendiri-sendiri (individual) supaya
merasa dirinya sendiri (universal – Budha). Begitu pula yang penting,
ilmu yang menerangkan cara untuk menyucikan diri dengan Dat yang maha kuasa
dengan cara membuktikan dengan rasa menyatunya umat-umatnya dan Tuhannya (Chaliq
dan Umatnya). Lalu tidak hanya pengetahuan (cara berfikir) pasti harus membuktikan
dengan Meditasi, Yoga (Semedi). Umpama saya yakin betul dengan Dat Allah tidak
pisah dengan kita (manusia) itu termasuk masih dalam pengertian (pengetahuan)
harus kita buktikan dengan jalan atau ilmu; semedi, Tafakur, Yoga, Meditasi,
yang penting menuju ketuhannya. Tuhan itu tidak bisa dijangkau, Dat yang tidak
bisa dijangkau itu disebut Tarikat, keterangannya sebagai berikut :
Kita harus berguru, membaca buku tentang ketuhanan, maksudnya pengetahuan yang
menggunakan pikiran, akal bisa dikatakan ahli kitab. Ahli-ahli kitab itu Tarikat,
walaupun berhenti dipengetahuan, jadi kalau disuruh membuktikan tidak bisa,
lalu Tarikat tadi harus menjalani dulu sebelum Ma’rifat, sebab Tarikat
disebut kaya pengetahuan, menuju cerdasnya pikiran (perasaan) umpama nanti bisa
mencapai Ma’rifat tidak bisa ditipu. Hidup bergerak-gerak kalau sudah
bisa menyingkirkan perasaan yang bermacam-macam menjadi aku (ingsun-Jawa) yang
satu sebenarnya, baru nama tingkatan yang kita lalui belum ada apa-apa, masih
jauh. Bila memakai perasaan sendiri atau aku satu itu tadi masih merasakan.
Sempurnanya tujuan harus melalui Ma’rifat.
*******