Bab 13
KETERANGAN TENTANG TANDA-TANDANYA HARI QIAMAT

Di ayat Al-Mukminin : 99 – 100, ada kata Bardzahchun (aling-jawa) benbatas, yaitu yang disebut Kubur, jadi orang pintar dan gagah itu tidak bisa kembali lagi, karena sudah hancur dan busuk tidak bisa dipakai lagi karena sudah ditinggalkan (mati), akan tetapi yang menempati alam kubur hanya keinginan-keinginan di waktu hidup didunia, permintaannya bisa terjadi lagi, itu keluhan si Roh tadi.
Roh yang menempati alam kubur itu tidak akan terjadi lagi seperti tubuh yang kita pakai lagi, seperti halnya pakaian yang tidak koyak dibuang, harus ganti yang baru lagi dan seterusnya. Dan umpama Roh tadi bisa lahir lagi memakai jasmani, diterangkan di sifat 20 :
1. Roh (jiwa manusia) memakai sifat 20 yang ke 5, yaitu sifat Allah Qiyamuh Binafsihi; berdiri sendiri, bangun sendiri tanpa ada sebab apa-apa (Qiamat), umpama Roh tidak memakai jasmani geraknya berdiri sendiri, bisa melewati alam kosong (suwung-jawa), tidak ada yang menghalang-halangi, Roh pergi tanpa keinginan yang kotor, umpama air kotoran itu bercampur apa, kotoran Roh tadi sudah membekas (tabet-jawa) dari keinginan nafsu serakah (tamak) dan sebagainya yang keinginannya tidak seberapa (pasif), ada yang hanya getaran (aktif). Yang aktif itu bebannya berat, mudah tenggelam dalam air, dan yang pasif tadi tidak tenggelam. Karena dua-duanya sama-sama menanggung beban, itu sebabnya bisa lahir lagi karena kodratnya Allah sendiri. Dan dari kata-kata sendiri (Qun Fayakun) apa yang dikehendaki, umpama ingin menghadap kepada-Nya (kehadapan Allah)
2. Ukurannya hanya 2 :
a. Siapa saja yang Rohnya bisa menyatu dengan sifat Layu Kayafu (lan kena kinaya-jawa) sama dengan menghadap Allah.
b. Tidak akan menghadap atau di Qiamatkan lagi, walaupun didunia kelihatannya Alim dan Takwa.

Menurut keterangan diatas, Roh itu hanya ada 2 jenis; Baik dan Kotor. Suci ukuran dunia; tidak pernah menjalani perbuatan yang tidak baik, tetapi suci ukuran Allah; tidak pilih kasih tetapi sama saja (sama) mengerjakan kata-kata di ayat Qur’an Surat Al-Arraf : 29 diatas, artinya bisa merasakan seperti bayi yang baru lahir, tetapi ukuran dunia sebaliknya; suci bagi Allah, kotor itu semua yang merasakan yang mengalami yaitu yang menanggung sengsara, dan sengsarnya (menanggung Roh menyorong munndur majunya kemauan) tidak diketahui yang lain kecuali Allah Yang Maha Tahu. Tentang itu tadi batin bisa mengingkari, bukti dan rasanya menanggung itu siapa saja yang menyesali barang yang telah hilang walaupun sedikit pikirannya teringat, marah dan hidupnya tidak tentram.
Orang mati keluarnya nyawa melewati rasa, ingat asal Rohnya masih merasa memiliki apa-apa, walupun sudah ditinggal Rohnya sudah tidak merasa apa-apa, orang yang sudah menyingkirkan keinginan Sekaralnya (sekaratul maut) tidak melalui rasa ingat, sama dengan menyatunya hamba dan Allah (Layu Kayafu)
Karena jalannya Qiamat sudah diterangkan, oleh sebab itu tanda hari Qiamat bila diselaraskan dengan tanda Lahir ternyata cocok. Di keterangan Qiyamuh Binafsihi; berdiri dengan sendiri, besar sendiri, bergerak sendiri, buang hajat sendiri, buang air seni sendiri, hidup sendiri artinya memiliki sifat Qiyamuh Binafsihi yaitu sifatnya Allah.
Air mani yang dikeluarkan dari Pria diterima oleh mani wanita, lalu menjadi gumpalan darah didalam Rahim Ibu menjadi bentuk seperti bayi masih bentuk titik lubang kecil, lubang lama kelamaan membentuk lubang-lubang alat untuk bekerjanya Panca Indra, lama-lama membentuk bayi yang sempurna laki-laki atau perempuan, sebab adanya sifat 20 Qiyamuh Binafsihi.
Tiap-tiap yang hidup itu bisa besar sendiri, tumbuh sendiri (Qiyamuh Binafsihi), sifat membesarkan (mengembangkan) dan membentuk dan lain-lain. Karena perut wanita kecil jadi tidak tahan menahan benda yang membesar, lalu lair sendiri karena sifat Qiyamuh Binafsihi. Jadi lahir itu perjalanan yang tetap (Qiyamat), jadi bayi lahir 9 bulan 10 hari itu ketentuan kodrat (batas melahirkan) dan kalau ada bayi lahir sebelum waktunya itu kesalahan yang mengandung (kurang perawatan) atau kecelakaan.
Firman Allah : Qur’an surat Al-Zalzalah : 1 – 8 ;

1. Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
2. dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
3. dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
4. pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
5. karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.
6. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) amal perbuatan mereka,
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun (debu yg halus), niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Kata Guncang atau bergerak kuat itu terjadi seperti karena gempa, gunung meletus, tanah longsor. Umpama goyangnya badan jasmani, sebenarnya mengalami kejadian tadi seperti gemetar takut jumpa dengan harimau, gemetar hampir kejatuhan kelapa dan lain-lain, seperti itu sebenarnya bukan hancurnya tubuh (jasmani), tetapi tetap keadaan hidup dan bisa merasakan apa-apa,

Qur’an surat Al-Qaari’ah : 1 – 11 ;


1. Hari Qiamat,
2. apakah hari Qiamat itu?
3. Tahukah kamu apakah hari Qiamat itu?
4. Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
5. dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah
10. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
11. (Yaitu) api yang sangat panas.

Surat diatas bila kita teliti secara jernih, intisarinya Qiamat itu bukan kerusakan tetapi tentang kejadian-kejadian yang sangat mengherankan. Menerangkan rahasia-rahasia ayat yang diatas perlu contonh-contoh yang bersangkutan ilmu bumi dan sejarah;
1. Pada zaman dahulu manusia hidup menurut Kodrat, kebisaaan melahirkan kandungan sangat berbahaya menurut ukuran zaman dahulu karena sudah ada adat tradisi, jadi bagi orang zaman sekarang dianggap bisaa, contoh yang diatas kalau di qiyas (teliti) dengan keadaan jasmani, persis makna ayat suci yang diatas ada kata-kata kejadian yang mengerikan, maksudnya bagi perasaan bergetar karena takut dan badan merasa pegal-pegal dan gemetar yang dirasakan oleh wanita yang mengalami melahirkan pertama.
2. Bila ada wanita yang hamil pertama kali perutnya pasti bulat dan runcing sperti gunung, lalu sewaktu melahirkan mereka merasa ketakutan (ngeri-jawa) dan badannya pegal-pegal dan lain-lain. Seperti apa rasanya wanita yang akan melahirkan, ada yang mengatakan perang Sabil (perang suci karena Allah) jika tidak selamat bisa saja mati, karena sudah waktu perutnya mengecil karena isi perutnya yang belum diketahui sudah keluar (lahir) dan perutnya yang menonjol seperti gunung mengabarkan kepada yang melahirkan, tentang apa yang dilahirkan tadi. Kalau itu dikatakan gunung meletus mirip dengan ayat-ayat Al-Zalzalah tadi tentang gunung meletus, bumi bergoyong-goyang hebat. Kalau itu disampaikan orang semestinya tidak cocok dengan ayat Al-Qur’an seperti diatas, karena ayat mengatakan hanya gunung, karena kalau berhubungan dengan perasaan gunung itu sama dengan menempati jasadnya manusia sendiri. Surat Al-Zalzalah : 2 ; mengatakan : mengeluarkan semua isinya, itu tinggal menebak saja isi kandungan tadi. Pada ayat : 6; ada kata supaya mengetahui usahanya sendiri, sudah jelas pasti lahir lagi dari keinginan nafsu, karena nafsu menyebabkan mengutif keinginan yang terdahulu (hidupnya dahulu). Artinya ayat : 7 – 8 ; keterangannya lebih jelas dan manusia tetap berjalan dari melanjutkan keinginan kehidupan dahulu, sudah jelas sebabnya lahir lagi untuk mengutip hasil yang membekas, jadi bekas yang tidak baik membayar yang tidak baik dan baik membayar baik, dan menurut perasaan buruk dan baik orang lain tidak mengetahui, hanya pikiran sendiri.

Buktinya bagaimana ayat suci diatas tadi hidup shari-hari, itu terdapat pada 11 ayat, Surat Al-Qaari’ah : 1,2,3, artinya pada sewaktu hari melahirkan bayi (tanda Qiamat) yang pertama di alami oleh wanita dan setiap makhluk perempuan, para makhluk yang menjadi wadah umat. Karena itu ayat : 4 mengatakan para wanita (istri) hari itu merasa takut, was-was, sangsi-sangsinya itu sebenarnya tidak sendiri, karena pada hari itu wanita diseluruh dunia ada yang mengalami melahirkan atau terkena guncang-guncangan (Qiamat). Ayat : 5, artinya disitu ada kata gunung hancur seperti Dzarah (debu yang halus), ayat itu sebenarnya ditujukan kepada perasaaan yang merasakan akibat tadi. Umpama kepala terbentur benda keras, sewaktu kepala merasa pusing dan sakit mengakibatkan mata berkunanng-kunang dan berputar-putar seperti debu yang halus berterbangan, sperti itu sebenarnya tidak terjadi benar-benaran, hanya umpama. Pusing para wanita yang baru hamil 3 bulan (waktu melahirkan/keguguran). Ayat : 6, di tujukan kepada yang baru mengalami rumah tangga atau sicalon orang tadi (bayi), jiwanya membawa bekas keinginan yang dulu baik atau buruk. Apa sebabnya kalau bayi lahir tadi membawa bekas hidupnya yang dulu, tingkah laku tidak sama dengan yang membawa dahulu, karena sudah lain tempatnya (jasmani).
Jiwa (roh) itu tidak memilih jasmani yang mana, sebab sudah kehendak Allah, dan jasmani itu barang baru yang bisa rusak dan busuk, karena yang bertanggung jawab itu bukan jasmani melainkan Rohani (rohnya), jadi bukan pekerjaan sepak atau terjang manusia yang dahulu. Yang memakai jasmani lagi, tetapi perjalanan Roh yang dahulu untuk membayar bekas-bekas keinginan (Tabet-tabet-jawa) keinginan.
Ayat : 7, menolak salah pendapat yang mengatakan dunia itu hancur, di ayat itu terdapat kata hidup, yang maksudnya hidup yang memakai jasmani yang lengkap dan hidup., itu bukan hancurnya keadaan. Jadi benar dengan keterangan lahir di dunia dengan keadaan selamat. Jadi kalau ada bayi lahir (Qiamat) mati (tidak ada tanda-tanda hidup), itu sudah lain urusan lagi, artinya tidak di bicarakan di kitab suci Al-Qur’an, dan lainnya yang dibicarakan dan yang ditakut-takuti melalui siksa dan lain-lain, jadi lahir tidak hidup itu bukan benda apa-apa, sama dengan barang yang tergeletak ditanah.
Keterangannya begini; bayi lahir mati itu seperti mainan anak-anak, mobil-mobilan, boneka dan lain-lain. Beda bayi lahir hidup. Lalu sekian menit mati itu Rohnya yang memakai jasmani baru tadi rohnya keluar, gentayangan di alam kubur, mengalami seperti sebelum memakai badan jasmani.
Dan ayat : 2, sebaliknya dari ayat : 6, ayat : 9, mengatakan tempatnya dineraka, itu kebisaaan dari dahulu, neraka itu dianggap tempat yang ada apinya yang menyala-nyala, mengerikan dan lain-lain. Lalu di karang atau ditafsirkan disana menakut-nakuti. Mencari nama neraka tidak berbeda dengan mencari kata-kata Qiamat, kubur atau Barzah. Di cari keterangannya yang luas sehubungan dengan pendapat Hadist Nabi, Wali dan Mukmin haz.
a. Kata-kata di Al-Qur’an surat Maryam : 95 :

“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari Qiamat dengan sendiri-sendiri.”
Surat Al-Kahfi : 48 ;

“Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama (bayi lahir); bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu[hari pembalasan] perjanjian”
b. Kata-kata di Injil surat Korinta 16 Pag 475 Yes 25, 8 ayat 51, 52, 53 dan 54 tentang Qiamat; “dan Kamu kuberitakan simpanan (rahasia), begini; kita tidak mengalamai mati semua, tetapi semua akan merubah wajah, spontan (sekejab mata) bersama terompet (sangkakala) yang terakhir. Sebab sangkakala akan berbunyi, orang mati akan dibangunkan jadi abadi, dan kita akan berubah wujud (jasad baru).

Di atas tadi ada kata-kata Reinkarnasi, menjelma, kalau melihat sehari-hari mati, hidup, buah, tetap bergilir dari zaman dahulu. Jadi kata penjelmaan itu tetap ada yang sudah ditetapkan dari Sunnahnya Allah, seperti dunia sudah diatur secara sempurna.
Sebenarnya Islam itu menolak lahir lagi, karena ada ukuran Islam di dunia kalau sudah menyatu dengan Allah (At’tauhid), kalau sudah mati sudah sempurna (Innalillahi Wa Inna Illaihi Raji’un). Kata-kata surat Maryam : 95, mengatakan : “semua pada hari Qiamat akan menghadap kehadapan Allah dengan sendiri”.
Kata sendiri bagi ukuran lahir, sama dengan tidak berteman, di wedaran Wirid sebenarnya bayi lahir kedunia sendiri, tidak merasakan apa-apa, tidak mengetahui ibunya, apa saja itu tidak bisa diteliti dengan ayat Qur’an, surat Al-Kahfi : 48 di atas, umpama ada bayi lahir kembar atau lebih, antara sibayi dengan bayi yang lain tidak mengenal dan tidak ingat apa-apa.
Untuk meyakinkan keterangan di atas, ayat dari kitab Injil mengatakan “kita tidak akan mati semua, artinya bukan rusak dunia dan umatnya, tetapi masih lestari hidup didunia, jadi yang mengatakan Qiamat itu rusak, itu tidak benar. Ada kata-kata lagi begini : “semua berubah wajah dengan sekejab mata”, berubah sekejab mata itu jelas benar, bila ada lahir wajahnya berupa-rupa, ada yang gagah, cantik, jelak dan lain-lain, orang hanya tahu saja itu datangnya ke dunia hanya sekejab mata, berubah wajah itu artinya jasmaninya di ganti dengan jasad yang baru.
Si X yang tadi mempunyai idam-idaman, keinginan mempunyai wajah yang cantik, walaupun keinginan lama membekas (tabet-jawa) tetap tidak bisa karena sudah ganti Roh si X di Qiamatkan melalui jasmani baru.
Qur’an surat Al-Mukminun : 99 – 100 ;

99. “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)”
100. “agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan”

Artinya orang mati itu tidak bisa berusaha apa-apa lagi, balik seperti semula atau memohon yang lebih baik, karena dibatasi alam barzah, siapa yang mati jasmaninya hancur jadi abu (tanah). Di Indonesia tidak ada orang yang seperti Gajah Mada, artinya cita-cita yang melekat pada Roh Gajah Mada diteruskan dengan bayi yang wajahnya tidak seperti Gajah Mada. Ayat suci di kitab Qur’an surat Ar-rum : 52 ;

“Maka Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang”

Artinya ayat-ayat itu jelas, bila kita-kita suci Injil, Taurat, Zabur dan Al-Qur’an itu tidak bisa untuk memberi ilmu kepada orang yang berada di dalam kuburan, tetapi kitab-kitab itu isinya untuk orang hidup dan jalannya yang menyentuh dengan tentang Qiamat, sebenarnya sama dengan lambang (istilah), karena di situ banyak kata-kata yang intisarinya seperti dunia dan isinya hancur seperti debu.
Kalau menyatakan kata-kata ayat yang ada, ada yang berbeda :
1. Kejadiannya benar-benar terjadi
2. sebagai contoh, kalau dua-duanya diteliti sama-sama masuk akal, umpamanya seperti terjadinya hari Qiamat

Siapa saja kalau badan merasa sakit, melihat apa-apa pasti pusing dan badan terasa goyang (pitam-jawa). Contoh di atas kalau dicocokan dengan ayat-ayat Al-Qur’an orang-orang yang hidup bisa merasakan, Dan bisa di rasakan orang yang mati mengalami sekaratul maut, masih bisa merasakan tanggung jawab Roh.
Kata-kata mengalami sekaratul maut, itu belum mati, karena masih bisa merasakan. Sekaratul maut itu apa tidak di katakan Qiamatnya Roh yang akan pindah ke alam kubur. Qiamat itu bangkit dari kubur, kalau sekaratil maut itu merasa tidak enak, karena belum mati. Walaupun merasa pusing karena terbentur atau sewaktu Sekaratil Maut masih bisa ingat dan ingat itu alatnya orang hidup.
Menurut ucapan Nabi Muhammad SAW yang terdapat di Hadist riwayat Bhukari seperti yang di atas, Qiamat artinya tumbuh dari bawah keatas (dari Sudra ke Brahmana-kasta), dari sifat rendah menjadi sifat luhur atau mulia.
Nabi Muhammad dan Qur’an tidak pernah mengucapkan Qiamat itu rusak / hancur. Dan dalam buku Wirid Hidayat Jati di tulis ayat : 1 sampai 10 itu diteliti, seperti orang yang merasa kesusahan itu tidak enak. Kalau dibandingkan dengan tandanya Qiamat di Wirid ini ternyata Hidayat Jati itu menerangkan tentang mati atau rusak dunia manusia (jasmani).
Kata mengambil jelas seperti mencabut nyawa, dalam Wirid Hidyat Jati diterima bisaa saja, lalu mengalami bertentangan dengan Wedaran Wirid ini serta ucapan Nabi Muhammad dan Qur’an;
1. Wedaran Wirid berdasar sunnah, Hadist dan Qur’an, Dalil, Hadist, Ijemak dan Qiyas; jadi kata Qiamat itu bayi lahir dengan selamat.
2. Wedaran Hidayat Jati yang berdasarkan Dalil, Hadist, menyatakan; umpama hari Qiamat sama-sama kedatangan Malaikat Jibril untuk mencabut nyawa, tetapi dengan sedikit demi sedikit, artinya mengurangi kerjanya Panca Indra.

Di Qur’an, Hadist dan kitab lainnya tidak ada menyalahkan adanya dilahirkan lagi, berputar, menjelma dan tidak ada yang membenarkan. Reinkarnasi, dilahirkan lagi, penjelmaan itu ditolak dengan agama Islam, sebenarnya yang menolak bukan Qur’an, Hadist dan Injil, tetapi para sarjana (cendikiawan) yang mempunyai gologan menolak dilahirkan kembali kedunia yaitu Ikhtikat Ma’rifat dan Islam (sempurna), lalu di buat pedoman orang awam (bisaa) kalau sudah masuk agama apa saja menolak dilahirkan kembali, menjelma dan Reinkarnasi, akan tetapi perputaran itu tetap ada (tidak pernah berhenti).
Jadi orang yang belum bisa At’tauhid (menyatu dengan Allah) harus melalui Qiamat, pakai badan jasmani, sehingga bisa sembahyang (shalat) Ma’rifat (Semadhi) sehingga mencapai Islam sejati, baru disebut Innalillahi wa innaillaihi rajiun (menghadap/kembali kepada Allah).

*******